TKW asal Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten, itu sudah tak lancar berbicara. Beberapa kali Dila memakai bahasa isyarat untuk menjelaskan maksud pembicaraannya.
Putri pertama pasangan Misni dan Masringah berkali-kali menyebut kata rumah sakit dan Singapura. Kata rumah sakit disebutnya karena gadis kelahiran 19 Februari 1995 itu ingin segera sembuh. "Aku ingin sembuh," ucap Dila.
Sambil menangis, Dila menunjukkan beberapa bekas luka di jari kelingking, lengan, lutut, kaki hingga punggungnya. Bekas luka yang ditunjukkan Dila akibat siksaan yang dilakukan majikannya saat berada di Singapura.
Dila menceritakan awal mula petaka yang menimpanya saat bekerja sebagai TKW di Singapura. Menurut Dila, siksaan fisik dan batin mulai dialami saat ia pindah ke majikan barunya. Saat tinggal di majikan pertamanya, Dila diperlakukan dengan baik.
"Majikan yang pertama baik sekali orangnya," ujar Dila dengan nada terbata-bata.
Dila tak betah di majikan pertama lantaran memiliki hewan piaran anjing. Setelah dua bulan bekerja di majikan pertama itu, akhirnya Dila memutuskan pindah ke majikan kedua. Di majikan kedua ini hidupnya serba dikekang. Tak hanya itu, ia pun harus bekerja hingga pagi dini hari dan hanya diberikan makan mi instan saja.
Majikan barunya pun sering menampar dan memukulnya bila Dila dianggap lambat bekerja. Bahkan, majikannya sering mengunci Dila di kamar mandi lalu menyiram air keras pada kaki dan tangannya. Kondisi itu menjadikan kaki dan tangannya seperti lumpuh dan susah digerakkan.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, Dila yang sudah diperas habis-habisan tenaganya ternyata juga tidak digaji oleh majikannya. Ia hanya diberikan uang dua Dolar Singapura saat dipulangkan ke Indonesia via Batam.
"Selama delapan bulan bekerja aku juga tidak digaji sama sekali. Majikan baruku hanya memberiku uang dua dolar Singapura," ungkap Dila.
Menurut Dila, ia sering kelelahan hingga akhirnya jatuh pingsan lantaran banyaknya pekerjaan di majikan barunya. Ia pun akhirnya meminta pulang ke kampung halaman kepada majikannya karena sudah tidak betah lagi bekerja menjadi pembantu rumah tangga. (Sumber: Kompas)
>