Fitri, sapaan akrabnya, berasal dari Dusu II Desa Sungai Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Sejak berusia setahun, ia terpaksa tinggal bersama orangtua angkatnya. Ia tidak tahu apa sebabnya. Meski demikian, ia mengaku bahagia tinggal bersama orangtua angkatnya itu.
loading...
Setelah lulus SD, Fitri putus sekolah sehingga waktunya lebih banyak digunakan untuk membantu orangtua angkatnya dan bermain bersama teman-teman sebayanya.
Hingga suatu ketika ia berkenalan dengan seorang pemuda yang usianya jauh lebih tua darinya. Namanya Tony Anggra (23). Rumahnya tak jauh dari rumah Fitri.
Sejak pertama kenal, Fitri langsung jatuh cinta. Ia melihat Tony sebagai pemuda yang jujur, baik, penyayang, penuh perhatian, dan bertanggung jawab.
Gayung pun bersambut, Tony ternyata menyukai Fitri. Tak lama berselang, Tony mengajak Fitri menikah. Tapi lantaran belum cukup umur, Tony kesulitan melamar Fitri.
loading...
Mereka pun lari dari rumah dan tinggal selama seminggu di rumah teman Tony. Seminggu kemudian, Tony membawa Fitri kembali ke rumah.
Meski sempat marah, orangtua angkat Fitri akhirnya menerima lamaran Tony tapi dengan syarat hantaran perkawinan sebesar Rp10 juta.
Permintaan itu membuat ibu Tony keberatan. Ibu Fitri lalu menurunkan nominalnya menjadi Rp 4 juta. Dengan berat hati, ibu Tony menerima prasyarat itu.
Persoalan tak berhenti sampai di situ. Karena usia Fitri dianggap masih di bawah umur, mereka tidak diizinkan menikah di KUA. Meski demikian, mereka berhasil menikah atas izin kepala desa.
Meski sempat marah, orangtua angkat Fitri akhirnya menerima lamaran Tony tapi dengan syarat hantaran perkawinan sebesar Rp10 juta.
Permintaan itu membuat ibu Tony keberatan. Ibu Fitri lalu menurunkan nominalnya menjadi Rp 4 juta. Dengan berat hati, ibu Tony menerima prasyarat itu.
Persoalan tak berhenti sampai di situ. Karena usia Fitri dianggap masih di bawah umur, mereka tidak diizinkan menikah di KUA. Meski demikian, mereka berhasil menikah atas izin kepala desa.
Di awal pernikahan, mereka sempat berpindah-pindah tempat tinggal. Awalnya di rumah orangtua Fitri, lalu pindah di rumah orangtua Tony, lalu ke Aceh, lalu pindah lagi ke rumah orangtua Tony.
Meski hanya bekerja serabutan, toh mereka mengaku sangat bahagia dengan pernikahan mereka. Tapi itu tak bertahan lama. Seiring berjalannya waktu, permasalahan muncul begitu saja.
Jika sedang tak ada uang untuk makan, mereka terpaksa meminta orangtua. Tony juga mulai suka marah-marah.
Hingga tibalah saat mengenaskan itu. Waktu itu awal bulan Juli 2008. Tony mengajak Fitri pergi ke kafe.
Mula-mula Fitri berpikir bahwa suaminya sedang banyak rezeki dan akan mengajaknya makan enak. Tapi perkiraan itu ternyataan salah.
Alih-alih makan enak, di sana mereka bertemu dengan seorang perempuan. Tak lama kemudian, perempuan itu mengenalkan Fitri dengan seorang pria bernama Paiman. Kabarnya ia seorang tentara.
Alih-alih marah karena melihat istrinya dikenalkan dengan pria lain, Tony justru meninggalkan Fitri begitu saja. Sementara Fitri, langsung digandeng si pria bernama Paiman itu jalan-jalan keliling kota.
Tak lama berselang, mereka kembali ke kafe. Sudah ada Tony di sana. Fitri sejatinya marah besar dengan sikap suaminya, tapi ia merasa tidak punya kuasa untuk mengeluarkannya.
Esoknya, Tony mengajak Fitri ke kafe yang sama. Fitri mati-matian menolak ajakan itu, tapi Tony memaksa.
Ia juga bilang, dengan pergi lagi ke kafe, mereka akan bisa makan. Hati Fitri kian bergemuruh. Marah. Sesampainya di kafe, sudah ada Paiman di sana.
“Ton, istrimu bisa dibawa lagi?” tanya Paiman.
“Boleh, tapi mana duitnya dulu!” jawab Tony, spontan.
Paiman lalu memberi Tony Rp 50 ribu, persis di depan mata Fitri sendiri. Tak hanya sekali, beberapa kali Fitri dipaksa Tony melayani pria hidung belang. Sekali kencan, Fitri biasanya menerima bayaran Rp 50 hingga Rp150 ribu. Uang itu, semuanya diterima oleh Tony yang hanya ongkang-ongkang kaki. (sumber: nova)
Meski hanya bekerja serabutan, toh mereka mengaku sangat bahagia dengan pernikahan mereka. Tapi itu tak bertahan lama. Seiring berjalannya waktu, permasalahan muncul begitu saja.
Jika sedang tak ada uang untuk makan, mereka terpaksa meminta orangtua. Tony juga mulai suka marah-marah.
Hingga tibalah saat mengenaskan itu. Waktu itu awal bulan Juli 2008. Tony mengajak Fitri pergi ke kafe.
Mula-mula Fitri berpikir bahwa suaminya sedang banyak rezeki dan akan mengajaknya makan enak. Tapi perkiraan itu ternyataan salah.
Alih-alih makan enak, di sana mereka bertemu dengan seorang perempuan. Tak lama kemudian, perempuan itu mengenalkan Fitri dengan seorang pria bernama Paiman. Kabarnya ia seorang tentara.
Alih-alih marah karena melihat istrinya dikenalkan dengan pria lain, Tony justru meninggalkan Fitri begitu saja. Sementara Fitri, langsung digandeng si pria bernama Paiman itu jalan-jalan keliling kota.
Tak lama berselang, mereka kembali ke kafe. Sudah ada Tony di sana. Fitri sejatinya marah besar dengan sikap suaminya, tapi ia merasa tidak punya kuasa untuk mengeluarkannya.
Esoknya, Tony mengajak Fitri ke kafe yang sama. Fitri mati-matian menolak ajakan itu, tapi Tony memaksa.
Ia juga bilang, dengan pergi lagi ke kafe, mereka akan bisa makan. Hati Fitri kian bergemuruh. Marah. Sesampainya di kafe, sudah ada Paiman di sana.
“Ton, istrimu bisa dibawa lagi?” tanya Paiman.
“Boleh, tapi mana duitnya dulu!” jawab Tony, spontan.
Paiman lalu memberi Tony Rp 50 ribu, persis di depan mata Fitri sendiri. Tak hanya sekali, beberapa kali Fitri dipaksa Tony melayani pria hidung belang. Sekali kencan, Fitri biasanya menerima bayaran Rp 50 hingga Rp150 ribu. Uang itu, semuanya diterima oleh Tony yang hanya ongkang-ongkang kaki. (sumber: nova)
>