Sebut saja Ekawati, salah satu buruh migran dari Lombok Tengah, ditawari bekerja ke Jedah oleh calo dari Kecamatan Praya, Lombok Tengah. November 2016, Eka diberangkatkan ke Riyadh melalui Lombok - Surabaya - Hongkong - Dubai - Riyadh.



Tiga bulan di Riyadh, Eka menghubungi suaminya lewat SMS, menceritakan kondisinya yang mengalami penderitaan. Dia dan hanya diberi makan sekali sehari, berupa bubur dan air putih. Saat korban menceritakan dia berada di penampungan berlantai 3, masing-masing lantai dihuni sekitar 300 sampai 500 orang.

loading...


Kondisi Eka dan teman-temannya dalam keadaan tertekan dan tersekap dalam Gedung tertutup. Dan mereka hanya keluar pagi hari saat berangkat kerja, dan sore hari ketika pulang kerja. Mereka dikawal penjaga dari penampungan. Mereka dipekerjakan tanpa gaji. Apabila diantara mereka meminta gaji, mereka dipukul dan mendapatkan pelecehan dengan kalimat kalau mau gaji harus menjadi pelacur dulu baru dapat uang. Tidak disebutkan mereka dipekerjakan dimana, dan sektor apa. 

Jika ada yang menghubungi keluarga, akan mendapat kejerasan, ponsel, serta barang berharga milik mereka disita dan disimpan di gudang. Karena yang mensponsori mereka di Lombok langsung menghubungi pihak penampungan yang berdampak pada tindak kekerasan pada mereka yang berada di Riyadh.

Akibat penyekapan dan perbudakan itu, 8 tewas, dan banyak yang sakit. Karena makan hanya diberikan sekali sehari. Juga ada kasus pemerkosaan yang membuat mereka sangat ketakutan dan meminta bantuan untuk pemulangan mereka. (Sumber: GatraNews)



>