Sebagian besar mengaku telah menjadi korban pemerkosaan sang majikan, selama bekerja. Namun tidak sedikit dari mereka, melakukan hubungan intim atas dasar suka sama suka, hingga memiliki anak.
Raut wajah anak-anak yang dibawa TKW itu, layaknya orang timur tengah dengan hidung bangir, kulit putih dan rambut keriting. Sehingga wajah mereka tidak mirip dengan wajah warga lokal dengan kulit sawo matang.
loading...
"Saya memilih kabur dari rumah majikan di Saudi, karena tidak kuat dengan perlakuan majikan yang selalu memaksa, untuk dilayani nafsu birahinya. Sampai saya hamil sang majikan menyuruh saya mengugurkannya," kisah Mawar bukan nama sebenarnya, salah seorang TKW yang membawa balita.
Setelah berhasil kabur dari rumah sang majikanya, Mawar dan bayi yang dilahirkannya, hidup terlunta-lunta dan terpaksa tidur di bawah kolong jembatan, bersama ratusan TKI bermasalah lainnya.
"Selang tiga bulan terlunta-lunta, akhirnya saya dan ratusan TKI lainnya, tertangkap polisi Arab Saudi dan sempat ditahan selama beberapa minggu, hingga akhirnya dipulangkan ke Cianjur," katanya.
Dia menuturkan, selama tinggal di bawah kolong jembatan itu, ratusan bahkan ribuan TKI, yang sebagian besar wanita, menyambung hidup dengan berbagai cara untuk mendapatkan uang.
Mulai dari bekerja serabutan, sampai menjadi wanita penghibur di klub malam, diskotik dan panti pijat yang banyak terdapat di negara tersebut. Namun, saat pemerintah otoritas setempat melakukan sweeping dan razia besar-besaran, ratusan TKI bermasalah itu tertangkap dan selanjutnya dideportasi ke negara asalnya.
Puluhan TKW yang pulang dalam kondisi berbadan dua dan membawa anak itu, mengaku, bingung dan malu. Pasalnya 14 orang diantaranya, mengaku masih memiliki suami di kampung halamannya masing-masing.
"Saya tidak tahu bagaimana nasib saya sesampainya di kampung nanti. Saya membawa anak, sedangkan di kampung saya masih punya suami. Saya malu, mungkin saya akan pindah atau menumpang ke rumah saudara untuk sementara," keluh Ita, TKW asal Kecamatan Agrabinta, Cianjur.
Hal senada terucap pula dari puluhan TKW yang bernasib sama. Mereka tidak tahu harus bagaimana sesampainya di kampung halaman masing-masing. Namun mereka hanya bisa pasrah dengan nasib yang telah menimpanya.
"Apapun nanti yang akan terjadi, saya hanya bisa pasrah. Saya akan membesarkan anak yang ada di dalam kandungan saya ini. Meskipun ayahnya majikannya saya di Saudi sana, tidak mengakuinya," ucap Imas, TKW asal Kecamatan Campaka, Cianjur, berlinang air mata. (sumber: antara)
>