Seorang gadis kecil kelahiran 6 Februari 2004 yang bernama Dewi Anggraeni terpaksa harus menjadi pengemis dipinggir jalan karena ibunya mewarisi hutang sebesar Rp 6 juta kepada dirinya. Gadis kecil ini terpaksa harus "menadahkan tangan" meminta uang kepada pengendara di salah satu perempatan jalan di Kota Purwokerto, Jawa Tengah.
arbi/detikcom |
Dewi Anggraeni, gadis kecil kelahiran 6 Februari 2004 yang kini harus menanggung semua utang almarhum ibundanya semasa hidup. Di bawah lampu merah gadis kecil itu menyambung nyawa untuk membayar hutang. Keceriaannya telah terenggut oleh kerasnya kehidupan.
Dikutip dari detik, Dewi Anggraeni harus menanggung semua utang almarhum ibundanya semasa hidup. Gadis kecil yatim piatu tersebut kini diasuh oleh tetangganya, Sriwati setelah ibunya meninggal dunia karena sakit paru-paru sekitar 1 bulan yang lalu. Setiap hari, uang hasil dia mengemis selalu disetorkan pada Sriwati. Uang itu digunakan untuk mengangsur utang ibunya.
menurut tetangga Dewi, Supriyatin. Dewi ditarget harus dapet uang sehari minimal Rp 70 ribu, kalau sampai malam sehabis isya dia belum dapat segitu, dia tidak mau pulang dan selalu menangis di pinggir jalan tempat dia meminta-minta. Selain takut tidak bisa memenuhi target, Dewi juga sering mendapat marah dari Sriwati. Pasalnya, uang dari hasil Dewi mengemis, sebagian harus diberikan untuk Sriwati. "Dari uang Rp 70 ribu, dibagi Rp 50 ribu buat rentenir yang Rp 20 ribu buat Bu Sri," ujarnya.
loading...
Dikutip dari detik, Dewi Anggraeni harus menanggung semua utang almarhum ibundanya semasa hidup. Gadis kecil yatim piatu tersebut kini diasuh oleh tetangganya, Sriwati setelah ibunya meninggal dunia karena sakit paru-paru sekitar 1 bulan yang lalu. Setiap hari, uang hasil dia mengemis selalu disetorkan pada Sriwati. Uang itu digunakan untuk mengangsur utang ibunya.
loading...
menurut tetangga Dewi, Supriyatin. Dewi ditarget harus dapet uang sehari minimal Rp 70 ribu, kalau sampai malam sehabis isya dia belum dapat segitu, dia tidak mau pulang dan selalu menangis di pinggir jalan tempat dia meminta-minta. Selain takut tidak bisa memenuhi target, Dewi juga sering mendapat marah dari Sriwati. Pasalnya, uang dari hasil Dewi mengemis, sebagian harus diberikan untuk Sriwati. "Dari uang Rp 70 ribu, dibagi Rp 50 ribu buat rentenir yang Rp 20 ribu buat Bu Sri," ujarnya.
Dia menjelaskan, utang almarhum ibunda Dewi awalnya hanya Rp 2 juta, tapi berkembang menjadi Rp 6 juta dan diwariskan kepadanya sehingga harus ia lunasi. Padahal kondisi Dewi semakin hari semakin kurus dan sakit-sakitan.
Menurut Musaffa, mantan guru mengaji Dewi, pihaknya sudah berusaha melaporkan hal itu ke pihak Dinas Sosial Kabupaten Banyumas, tapi sampai saat ini belum ada respons. Bahkan Ketua RT setempat juga merasa kewalahan setelah mendapatkan ancaman dari orang yang memberikan utang pada almarhum ibunya Dewi karena membela Dewi.
"Kita akan menggerakkan teman-teman mahasiswa untuk melakukan penggalangan dana, dan melunasi utang Dewi. Setelah hutangnya lunas, Dewi akan kami ambil dan akan dimasukkan ke pondok pesantren," pungkas Musaffa.
>