"Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno" mengambil tempat tahun ini 1878, zaman baru Jepang telah mengambil alih Kekuasaan dari zaman samurai.

Seorang pembunuh kejam ambisius dan berbahaya, yang diduga telah dieksekusi di perang terakhir, Makato Sishio, telah membunuh sejumlah besar polisi. Pejabat mencari Kenshin Himura, pengembara muda mantan pembunuh dengan X-bekas luka di pipi kirinya, sebagai satu-satunya orang yang memungkinkan melawan Sishio. Setelah menerima undangan dari pejabat pemerintah dan melihat teror yang ditimbulkan oleh Sishio, Kenshin menerima tantangan dan pergi menuju Kyoto untuk mencari dan mengakhiri rencana gila Sishio ini.

Dari film pertama, kita masih memiliki teman-teman Kenshin: Instruktur Kaoru, petarung jalanan Sonosuke, dokter Megumi dan Yahiko. Kami juga melihat kepala samurai yang sekarang menjadi polisi Hajime Saito.

Selain beberapa adegan pertempuran besar di mana Kenshin sendirian melawan seluruh pasukan tentara Sishio, kita juga dapat melihat koreografer perkelahian satu lawan satu Kenshin yang mengesankan.

Seperti film pertama, sinematografi, kostum dan desain produksi semuanya diatur begitu cermat baik. Pelaksanaan adegan perkelahian juga sangat baik dilakukan. Background musik berkisar dari melodi tradisional Jepang hingga musik rock selama klimaks dan berapi-api adegan Kyoto Inferno.

Namun, film kedua ini jelas hanya jembatan antara yang pertama dan film ketiga. Bahkan jika film ini berlangsung untuk waktu yang lama 2 setengah jam, semua ini lakukan adalah mengatur pertempuran-royale antara Kenshin dan Sishio dalam film ketiga dan terakhir. Berbeda dengan film pertama, film ini memiliki plot yg nantinya akan disambung dengan seri ke tiganya. Akhir dari film ini jelas diatur sebagai cliffhanger untuk hal-hal yang lebih besar yang akan datang. Untungnya bagi kita, kita hanya harus menunggu satu bulan lebih untuk menonton lanjutan ke-3nya yaitu Rurouni Kenshin: The Legend End

Di Indonesia, film ini diputar di Blitzmegaplex mulai 10 September 2014(Sumber: IMDb)