Selama ini TKW yang banyak membawa pulang anak di luar pernikahan sangatlah banyak, kebanyakan anak-anak tersevut campuran dari timur tengah, Malaysia, Pakistan dan Banglades.


LPA tidak ada data pasti jumlah mereka, namun menurut Koordinator Pekerja Sosial, Unit Layanan Terpadu Perlindungan Sosial Anak Integratif (ULT-PSAI) Tulungagung, Sunarto, jumlah anak bawaan TKW ini belum terupdate. Namun dari tahun 2010 hingga sekarang, jumlahnya ratusan.

loading...
loading...




Sebagai langkah awal, mereka harus dibantu agar punya akta kelahiran lebih dulu. Sebab tanpa akta kelahiran, mereka akan kehilangan hak pengakuan warga negara.

“Anak-anak ini memang butuh pendampingan khusus, agar mereka tidak down dengan kondisinya yang tanpa ayah,” ujar Sunarto.

ULT PSAI juga melakukan penguatan keluarga dan anak. Jangan sampai terjadi kasus penelantaran anak, karena ibunya malu mempunyai anak tanpa suami. Jika anak bawaan TKW ini terlantar, maka alternatif terakhir akan dititipkan ke Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).

Koordinator Migrant Centre Tulungagung, Widi Harianto mengungkapkan, selama ini anak bawaan TKW sudah mendapat layanan akta. Namun yang menjadi kendala, anak bawaan TKW ini kerap menjadi masalah sosial.

Anak bawaan ini menjadi bahan olok-olok warga sekitar. Karena itu banyak TKW yang menitipkan anak bawaan di Surabaya atau di Jakarta.

Jika mental mereka sudah siap, anak bawaan ini akan diadopsi dan dibawa pulang, mereka tidak mempedulikan omongan lingkungan.

“Ada pula yang langsung membawa pulang anaknya, mereka sudah tidak peduli dengan segala resiko,” pungkasnya



>